• Home
  • About
    • History
    • Traditional Clothes
    • Rumah Adat
    • Traditional Ceremonies
  • Tourist Attraction
    • Gili Trawangan
    • Mount Rinjani
    • Sade Village
  • Culinary
    • Plecing Kangkung
    • Ayam Taliwang
    • Nasi Balap Puyung

Look at Lombok!

facebook twitter instagram
24hoursworship.com

Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km² menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.



Pada tahun 2001, jumlah penduduk di pulau ini adalah 2.722.123 jiwa. Sekitar 80% dari penduduk asli di pulau ini adalah suku sasak. Sebagian besar penduduknya juga beragama islam, sisanya adalah orang Bali, Tionghoa, dan Arab. Bahasa utama yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Sasak, tetapi masih ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia yaitu bahasa nasional.


Source: wikipedia.org
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
apwtour.com

Menurut isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau ini bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa sasak laeqberarti waktu lampau), namun sumber lain yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan oleh Kerajaan Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.

Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun, Lombok kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.

Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada di bawah kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian pada tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia.

Source: wikipedia.com
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
wisatadilombok.com

1. Pakaian Adat Pria suku Sasak


Sapuk

Sapuk merupakan mahkota yang digunakan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjaga pemikiran pemakainya dari hal-hal yang kotor dan tidak baik. Sekilas bentuk sapuk yang dikenakan oleh masyarakat suku sasak tidak jauh berbeda dengan ikat kepala dari Bali. Untuk penggunaan sehari-hari jenis sapuk yang digunakan yaitu berbentuk segitiga sama kaki, sedangkan untuk ritual khusus seperti upacara adat atau ritual khusus biasanya menggunakan sapuk jadi atau perade yang terbuat dari bahan songket benang emas.

Baju Pegon

Baju pegon merupakan perlengkapan pakaian adat suku sasak yang mendapat pengaruh dari jawa yang mengadopsi model jas eropa sebagai lambang keanggunan dan kesopanan. Untuk memudahkan penggunaan keris model jas tersebut kemudian dimodifikasi menjadi agak terbuka pada bagian belakang pegon. Bahan kain yang digunakan untuk membuat baju pegon umumnya berwarna gelap dan tidak bermotif.

Leang atau Dodot

Leang atau dodot merupakan kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris. Beragam motif yang terdapat pada kain songket ini diantaranya motif subahnale, keker, bintang empet yang bermakna semangat dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.

Kain Dalam Dengan Wiron

Jenis kain yang digunakan sebagai penutup tubuh bagian bawah ini digunakan sampai sebatas mata kaki dengan ujung lurus kebawah sebagai lambang sikap tawadduk dan rendah hati. Kain yan digunakan berasal dari bahan batik jawa dengan motif tulang nangka atau kain pelung hitam, dapat pula menggunakan motif tapo kemalo dan songket dengan motif serat penginang. Dalam penggunaan kain wiron tidak diperkenankan menggunakan kain polos berwarna putih atau merah.

Keris

Penggunan keris sebagai pelengkap pakaian adat suku sasak digunakan sebagai lambang kesatriaan dan keberanian dalam mempertahankan martabat. Dalam aturannya pengunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya harus menghadap kedepan, jika terbalik maka berubah makna menjadi siap beperang atau siaga. Pada perkembangannya penggunaan keris sendiri dapat diganti dengan pisau raut atau pemaja.

Selendang Umbak

Selendang umbak merupakan sabuk yang khusus diperuntukkan bagi para pemangku adat atau pengayom masyarakat yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah dan hitam dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan uang cina (kepeng bolong). Umbak sebagai pakaian adat hanya digunkan oleh para pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.


2. Pakaian Adat Wanita suku Sasak


Pangkak

Pangkak merupakan mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan bunga mawar yang diselipkan disela-sela konde atau sanggul.

Tangkong

Sebagai lambang keanggunan jenis pakaian ini umumnya dibuat dari bahan beludru atau brokat dan dapat berupa pakaian kebaya dari bahan berwarna cerah atau gelap.

Tongkak

Tongkak adalah kain sabuk panjang dengan bagian ujung berumbai yang dililitkan pada bagian pingang sebelah kiri dan digunakan sebagai lambang kesuburan dan pengabdian.

Lempot

Lempot merupakan kain tenun panjang bercorak khas yang disampirkan pada pundak bagian kiri. Penggunaan selendang ini memiliki makna sebagai perlambang kasih sayang.

Kereng

Penggunaan kain tenun songket (kain kereng) sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan yaitu dililitkan dibagian pingang sampai sebatas mata kaki.

Asesoris

Selain perlengkapan yang telah disebutkan diatas ditambahkan pula penggunaan endit atau pending yaitu berupa rantai perak yang difungsikan sebagai ikat pinggang, onggar-onggar atau hiasan berupa bunga emas yang diselipkan dibagian konde, giwang atau anting-anting, serta suku atau ketip yang terbuat dari uang emas dan perak yang dibentuk bros, serta kalung.

Source: gpswisataindonesia.wordpress.com
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
lombokhappytour.com


Setiap provinsi di Indonesia pasti memiliki adat istiadatnya sendiri, salah satunya yaitu rumah adat. Rumah adat di daerah Lombok ini dikenal dengan rumah adat sasak yaitu rumah adat orang sasak itu sendiri yang menetap di Lombok. 

Rumah adat sasak merupakan rumah adat orang Lombok dimana memiliki arsitektur bangunan yang unik berbahan dasar bambu dan menggunakan atap dari jerami.

Untuk dindingnya, warga setempat membuat anyaman agar bisa digunakan sebagai pembatas setiap ruangan atau dinding. Sedangkan bambu yang masih berbentuk batangan, digunakan untuk tiang penyangga rumah. Uniknya, rumah adat sasak ini memiliki atap dengan bentuk layaknya gunungan yang menukik ke bawah jika dilihat dari kejauhan. Atap rumah tradisional suku sasak ini terbuat dari jerami atau akar alang-alang. Sedangkan untuk bagian lantainya, rumah adat sasak Sade ini menggunakan tanah dengan campuran batu bata, abu jerami dan juga getah pohon.

Melumuri lantai rumah dengan kotoran adalah salah satu kebiasaan suku sasak. Biasanya kotoran yang digunakan berasal dari ternak mereka, baik kerbau maupun sapi yang sudah dibakar dan dihaluskan. Mereka melakukan kebiasaan ini karena ingin menjaga permukaan lantai supaya tidak mudah retak dan lembab. Bahkan dipercaya, melumuri lantai dengan kotoran dapat menjadi pengusir nyamuk paling alami.

Rumah adat sasak ini memiliki posisi cukup penting untuk kehidupan manusia, yakni sebagai tempat privasi keluarga untuk berlindung. Bahkan bukan hanya berlindung secara jasmani, namun juga untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Maka dari itu, bila kita memperhatikan arsitektur rumah adat suku sasak dengan cermat, kita dapat menemukan bahwa rumah tersebut memiliki estetika, lokal masyarakatnya. Setiap ruangan dalam rumah, dibagi berdasarkan kegunaan masing-masing, seperti untuk tempat tidur, ruang melahirkan para ibu, tempat menyimpan harta dan penyimpanan jenazah sebelum dikebumikan.


Source: ayolombok.com
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Terdapat beberapa upacara adat daerah Lombok.

primahapsari.com

1. Upacara Adat "Merariq"

Merarik adalah bahasa sasak yang artinya menikah, di daerah lombok sendiri upacara pernikahan dilakukan dengan cara yang unik yaitu pertama mempelai perempuan akan diculik oleh si mempelai laki-laki dan di bawa kerumahnya, dimana hal ini sebelumnya sudah ada kesepakatan terlebih dahulu dengan orang tua mempelai perempuan.Singkat cerita setelah hal tersebut dilakukan maka besoknya akan dilakukan sebuah prosesi ijab kaboul untuk mengesahkan pernikahan dua pasangan tersebut.

2. Nyongkolan

Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara dalam prosesi perkawinan pada suku sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini berupa arak-arakan kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita. 
Tujuan dari prosesi ini adalah untuk memperkenalkan pasangan mempelai tersebut ke masyarakat, terutama pada kalangan kerabat maupun masyarakat dimana mempelai perempuan tinggal, karena biasanya seluruh rangkaian acara pernikahan dilaksanakan di pihak mempelai laki-laki.

3. Upacara Bau Nyale

Bau Nyale berasal dari bahasa sasak yaitu bau berarti menangkap sedangkan nyale adalah nama dari cacing laut di lombok. Upacara bau nyale sendiri adalah sebuah upacara adat masyarakat lombok yang dilaksanakan atara bulan februari dan maret. Upacara ini sendiri adalah sebuah upacara diamana orang-orang akan turun ke pantai pada saat pasang surut air laut sekitar jam 4-5 pagi untuk menangkap cacing laut "Nyale" , biasanya hasil tangkapan nyale ini akan dimakan dan untuk dijual. Upacara ini sendiri bermula dari sebuah legenda Putri Mandalika.

Source: bahas3hal.blogspot.co.id
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
gili-paradise.com

The beaches of the Gilis are still powdery white, the water a beautiful clear blue and they are positioned perfectly for sunsets over Bali’s Mt Agung and sunrise over Lombok’s Mt Rinjani. Thirty years ago the Giliislands were uninhabited and only discovered by the seafaring Bugis people from Sulawesi. It was only a matter of time before the more adventurous backpacker types discovered the islands and developed Trawangan into a hippy party paradise destination.

Gili Trawangan now identifies itself as a great holiday destination suitable for families of all ages. Various new hotels, luxury villas, and boutique bungalows now cater to children and offer good value. Some have baby-sitting services, and with lots of activities on the islands families are sure to enjoy their beach holidaysto the full.

Unique to the Gilis all forms of motorized transport are still not allowed – meaning the only way to get around is on foot, by bicycle and in pony carts known as Cidomos.

One sign of change is the recent introduction four ATM machines on the three Gili Trawangan to be found at Hotel Vila Ombak and Coral Beach.

It’s possible to follow the beach around the perimeter of the island in around two hours on foot. The most popular stretches of beaches are `Goodheart’ (the main stretch) and `North Beach’ where the best snorkeling is to be found.

All dive centers and many shack operations lining the beaches rent snorkeling equipment for around IDR 50,000 for half a day.

Hawkers are not so much of an issue on Gili Trawangan as in Bali; you’re likely to attract afriendly conversation from the locals rather than a hardcore sales pitch.

Beware of strong currents and do not attempt to swim between any of the islands.

With over twenty-five dive sites surrounding all three islands there are opportunities to dive any of the Gilis regardless of where you base yourself.

Most visitors stay on Gili Trawangan for the facilities and make the short hop out to the dive sites. Each dive school has its own fleet of traditional outrigger boats that ferry divers offshore to the walls and reefs where the best diving is to be found.

Aside from the obvious lure of snorkeling and diving, sunbathing and bar-hopping, Gili Trawangan has a fair amount of distractions to keep visitors both amused and entertained throughout the course of their stay.

Fishing trips and charters can be made with the local outrigger fishing boats who offer day trips with line fishing and trawling.

The Bio Rock is an environmental initiative set up by the Gili Eco Trust that over the last six years has hosted an annual Bio Rock workshop on Gili Trawangan. The artificial metal reef cages are fed a constant voltage of electricity to encourage coral regeneration and are a natural attraction for all forms of marine life. There are now thirty three individual projects in the Gilis and it’s possible to snorkel or dive around them and there’s even a PADIspecialty course tailored to educate and involve a wider community.

Source: gili-paradise.com
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
trover.com

During early morning and evening walks in Senaru you are likely to see interesting birds, butterflies and at least one of the two species of monkey who live in the surrounding forest. Long-tailed macaques, known locally as kera, often sit on the road. More elusive is the rare Silvered Leaf monkey, and also known as the black monkey or lutung, which can often be glimpsed in the forest around the waterfalls.

Senaru Traditional Village
A visit to the Senaru Traditional Village, situated next to the Rinjani Trek Centre where the Rinjani trail begins, is greatly enhanced by asking a local guide to show you around. The Sasak inhabitants are the cultural guardians of Mount Rinjani and its surrounding forest and safeguard its spiritual values. Locally guided visits include opportunities to experience the villagers’ daily life, visit their thatched houses, prepare meals using local produce, and understand their traditional way of life.

Morning waterway walk and sunrise
Leave your losmen early for a one and a half hour escorted walk through the fields, past traditional villages and along the irrigation channel that winds through village fields past crops and houses. Enjoy visiting local homes, seeing early morning activities and learning about farming methods. Witness the sun rising from the sea beneath the spectacular sweeping views of north Lombok from the summit of Mt. Rinjani to the coast.

Evening walk and sunset
Below the Senaru Traditional Village, a one and half hour escorted walk along village trails brings you to the “secret waterfall” or “traditional swimming pool”, the Tumpasan Senaru. Enjoy a refreshing swim or late afternoon laze. On the return trip, visit some local hamlets as the people return from their fields, and enjoy the sunset over Mt. Agung in distant Bali from a vantage point in a local orchard.

Senaru panorama wall
Discover all the highlights of Senaru on an easy half-day walk through the scenic landscape of palm-fringed rice terraces, waterways, traditional village and rainforest waterfalls. Follow the irrigation channel that winds through the village fields – the lifeline of the district. Local women will guide you, happy to share their special knowledge of culture, customs and nature. This tour departs every morning from the Rinjani Trek Centre.

Senaru Waterfalls
Senaru’s best known attraction is the Sindang Gila waterfall which attracts many thousands of Indonesian and foreign visitors annually. Located at about 600m above sea level, the waterfall is an easy 20 minute walk down a graded trail and steps from Senaru village. A pleasant alternative return route winds along the edge of the steep valley, following the irrigation canal.

For the more adventurous, Senaru’s “second waterfall” Tiu Kelep is another hour’s walk upriver from Sindang Gila. The scramble over rocks through the tropical forest is rewarded by the beauty of the waterfall and a swim in its deep pool. It is said locally that every time you swim behind the main waterfall of Tiu Kelep you become a year younger!

With access from the main road, Senaru’s “third waterfall” Betara Lenjang is strictly for rock climbers with a local guide and equipment.

Source: rinjaninationalpark.com
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
saliha.id

Desa Sade adalah salah satu tempat wisata jika anda berkunjung ke Lombok. Desa Sade berisi rumah-rumah adat Lombok yang masih ada penghuninya. Jika anda berkunjung ke Desa Sade, akan ditemukan orang-orang menjual pernak-pernik atau oleh-oleh khas Lombok seperti kain, kalung, gelang, dan lain lain.

Selain itu, anda juga dapat berkunjung dan melihat ke dalam rumah adatnya. Anda juga akan mengetahui adat-adat kebudayaan Lombok dalam Desa Sade. Masih banyak orang yang mempertahankan budaya dan tetap menetap atau tinggal di rumah Sade.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
blog.omiyago.com

Plecing Kangkung adalah salah satu makanan khas Lombok yang wajib dicicipi jika bekunjung. Makanan khas Lombok ini berupa olahan tanaman air ini begitu populer di setiap rumah makan di Lombok. Kangkung disantap dengan sambal khas untuk plecing kangkung sendiri, sehingga rasanya akan berbeda dengan sambal lainnya. Meskipun disebut sambal, rasanya akan pedas dicampur manis hingga akan memikat lidah.

Selain pada rumah makan, sambal plecing kangkung sendiri dapat dibeli dalam toplesan pada pusat penjualan oleh-oleh khas Lombok sehingga dapat tetap anda rasakan pada rumah masing-masing.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
katalogkuliner.com

Ayam Taliwang adalah ayam yang disantap dengan sambal Taliwang khas Lombok. Lebih terasa enaknya jika dicicipi dengan ayam bakar dan nasi putih. Makanan ini juga merupakan salah satu makanan khas Lombok yang populer.

Ayam kampung yang dipilih merupakan ayam yang masih muda sehingga dagingnya sangat empuk dan mudah sekali di lepaskan dari tulang-tulangnya. Sensasi makanan pedas memang surganya kuliner di Lombok.

Jika ingin dibawa pulang, kita dapat juga membeli sambalnya sendiri sebagai oleh-oleh maupun untuk dinikmati sendiri.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
tradisionalindonesiafood.blogspot.co.id


Jika kamu berlibur ke Lombok, nasi balap puyung adalah makanan pertama yang wajib kamu cicipi. Terdapat banyak restoran yang menyuguhkan nasi balap puyung di dekat bandara (Lombok International Airport).


Dengan topping ayam suwir, dipadukan dengan cabai, kacang kedelai, taburan rebon kering, abon dan lauk belut menjadikan paket nasi balap puyung ini juara. Ditambah lagi nasinya yang memiliki rasa gurih beda dari yang lain. Selain itu, bisa juga toppingnya divariasikan.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts

Playlist

About me

About Me

Follow Us

Labels

ayam taliwang baju adat desa sade gili trawangan gunung rinjani kuliner letak geografis lombok makanan khas nasi balap puyung plecing kangkung rumah adat sejarah tempat wisata upacara adat

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2018 (11)
    • ▼  April (7)
      • Letak Geografis
      • Sejarah
      • Pakaian Adat
      • Rumah Adat
      • Upacara Adat
      • Gili Trawangan
      • Mount Rinjani
    • ►  Maret (4)
      • Sade Village
      • Plecing Kangkung
      • Ayam Taliwang
      • Nasi Balap Puyung

Created with by BeautyTemplates | Distributed by Gooyaabi Templates